Derita selfi sebelum menjadi artis
KISAH SEDIH SELFI DALAM DERITANYA, SEBELUM JADI ARTIS LIDA INDOSIAR
Hujan dingin menyengat. Panas Terik matahari CABBENGE, tak menyurutkygan langkah sang AYAHnya. Kulitnya menghitam diterpa mentari tiap hari. Mengangkat batang pisang lalu dijual kepada pengusaha tembakau. Uang hasil jualan batang pisang itu dikumpul. Belilah bentor mengantar langganannya. IBUnya pun tak diam mencari jasa cucian tetangga. demi memenuhi isi perut ke 3 anak-anaknya. Selfi menghentikan langkahnya di sekolah karena biaya tak cukup. Hasil kerja serabutan mereka hanya cukup memenuhi kebutuhan isi perut sekeluarga.
Kata orang, hidup adalah pilihan. Selfi tak menikmati banyak masa-masa indah sekolah. Romantika dan nikmatnya bersekolah tak sempurna dalam batinnya. Indahnya masa-masa sekolah tak dirasakan. Kisah-kisah di sekolah lenyap dan sirna terpangkas ketakberdayaan ekonomi. Temannya tak banyak. Siapa yang mau mendekati jika pakaiannya kumal? Sepatunya robek-robek, tasnya hanya tas plastik? Akhirnya ia menghentikan sekolahnya dan memilih jadi penyanyi kampung dengan hasil yang pas pasan
Selfi menyadari dirinya punya talenta bernyanyi. Diasahlah kemampuannya itu. Walaupun sebenarnya keinginannya bersekolah sangat besar. Namun, apa daya, PAKKODONG TEMMA DAPI NABUA MAKA CENNING
Ketika pada awal-awal berhenti di sekolah, ia selalu mengintip temannya yang lalu-lalang di depan rumahnya. Kebetulan gubuk deritanya terletak di pinggir jalan (poros Cabenge-Sengkang). Di balik dinding. GAMECCA yang sudah bolong-bolong, ia pun selalu mengintip teman sebayanya pergi ke sekolah. Menetes air liurnya melihat teman sebayanya bergembira ke sekolah. Menyala mata menyaksikan teman sekelasnya berboncengan motor ke sekolah. Ia terpaksa tinggal di rumah, di kamar 2,5 m X 2,5 m berdinding yang ditempeli koran bekas karena dinding itu sudah bocor-bocor. Apa hendak di kata PADA LAO TEPPADA UPE
Nasib yang membedakan mereka. Ia tetap sabar dan tawakkal. Ditekan dadanya, diusap mukanya dengan IKHLAS. ia tak pernah berhenti belajar dan menghapal sejumlah lagu lagu DANGDUT dan lagu BUGIS.
Anak remaja yang tidak menikmati masa muda di bangku sekolah karena biaya. Mimpi-mimpi yang sudah direkakan putus dan kandas di tengah jalan. Cita-citanya ingin menjadi orang terpandang, ternyata pupus dan gugur di tengah jalan. Tidak pernah memberontak. Tidak pernah menyesali keadaannya. Hanya berusaha bangkit bila jatuh, dan tetap tertawa jika dihina. Baginya, nasib manusia sudah dibagi-bagi Allah. Itulah bagiannya yang diterima dengan IKHLAS BERSYUKUR dan lapang dada.
Suka-duka sudah dilalui bersama Keluarganya Asam-manis dan pahit getirnya kehidupan sudah direguk. Tak sedikit nada miring diterima. Tak sedikit olokan masuk ke telingnaya.
Komentar
Posting Komentar